aku bukan aktivis, punya teman aktivis pun jarang, apa mungkin karena aku tidak begitu perduli terhadap keadaan orang lain, jadinya aku hidup hanya untuk diriku sendiri. entahlah, tapi terkadang aku begitu menyukai pemikiran para aktivis yang kulihat sangat peduli terhadap kehidupan orang lain, terutama orang-orang yang terpinggirkan nasib, terlindas oleh keadaan yang tidak menguntungkan. tapi terkadang cara yang mereka (para aktivis) pake, kurang begitu kusetujui, mungkin juga karena aku kurang mengerti, makanya aku tidak setuju.
beberapa hari yang lalu, ketika sedang mencari tugas tentang PRA (participatory rural appraisal) atau dikenal juga dengan pendekatan partisipatif masayarakat desa , aku nemu sebuah artikel di sebuah situs, dan ada salah satu paragraf yang cukup menarik kata-katanya, tapi aku masih kurang mengarti apa sih sebenarnya maksudnya. paragrafnya sebagai berikut :
Ada lagi kritik keras, yakni kecenderungan munculnya fanatisme terhadap pendekatan partisipatif telah membuat partisipasi menjadi tirani baru yang bukan saja bersifat manipulatif, tetapi juga merusak masyarakat yang seharusnya diberdayakan. Alih-alih memberdayakan masyarakat, yang terjadi malahan abuse terhadap masyarakat dengan dalih partisipasi. Menurut pengkritik ini, metode PRA atau metode partisipatif lainnya tidak akan bersifat tiranik kalau para penggunanya siap untuk menghilangkan pembatas-pembatas dirinya sendiri yang didasari oleh latar belakang budayanya. Dalam arti lain, metode partisipatif seperti PRA hanya akan bekerja seperti yang diharapkan apabila penggunanya sendiri memiliki kemerdekaan pikiran dalam arti ke luar dari perspektif dan nilai-nilai budaya, agama, ras, etnis, jenis kelamin, dsb. yang melekat dalam dirinya. Apakah ini suatu pra-syarat yang bisa kita penuhi?
Semua ini sepenuhnya tergantung pada sikap dan perilaku kita: yaitu kesediaan untuk rendah hati, kesediaan untuk menerima perbedaan, dan kesediaan untuk mengakui bahwa kita, para aktivis, adalah mahluk yang paling mementingkan diri sendiri. Sebenarnya, kebajikan yang kita lakukan dengan berbagi bersama masyarakat yang paling lemah dan miskin adalah juga demi kepentingan kita sendiri: yaitu kepentingan untuk hidup lebih damai, aman, terpuaskan dan sejahtera. Ternyata, membiarkan si miskin kelaparan dan terjadinya ketimpangan kaya dan miskin yang mencolok telah menimbulkan penjarahan dan pencurian yang merugikan bagi kesejahteraan dan kedamaian si kaya itu sendiri. Pemberontakan dan tuntutan kemerdekaan akibat penindasan semasa rezim Soeharto, juga merugikan penguasa itu sendiri. Radikalisme gerakan feminis untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, juga merugikan harmoni kehidupan (baca: laki-laki).
maksudnya apaan ya?????, kalo ada yang ngerti plis ya bagi-bagi
This entry was posted
on 5:18 AM
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.
Archives
- June 2008 (3)
- May 2008 (1)
- April 2008 (2)
- February 2008 (2)
- December 2007 (1)
- November 2007 (1)
- October 2007 (2)
- August 2007 (2)
- July 2007 (2)
- June 2007 (5)
- May 2007 (1)
- April 2007 (1)
- March 2007 (1)
- February 2007 (1)
- August 2006 (1)
- April 2006 (1)
- February 2006 (3)
- January 2006 (2)
- December 2005 (4)
- October 2005 (2)
- September 2005 (1)
- July 2005 (1)
- June 2005 (1)
- April 2005 (2)
- January 2005 (2)
- December 2004 (2)
- November 2004 (1)
0 comments