"ketakutan memang harus dihadapiiiieeee...."  

Celoteh Herlina

fuhhhh.......

aku mengambil nafas lega, sempat pula senyum-senyum nangkring di wajahku

bahagianya.....

sebagai seorang pengecut, hari ini (setelah setahun berlalu) aku sanggup menghadapi ketakutanku

hanya masalah sepele..., laporan KL ku, he he he
(eldi aku berhasil ngadap pak pri)

awalnya aku teramat takut, entah apa yang akan terjadi
namun beberapa detik sebelum masuk ruangannya
entah kenapa, aku sempat flashback
kenapa aku milih pak pri sebagai dosen pembimbingku
padahal banyak yang justru menghindar,

karena aku menyukainya, aku menyukai pemikirannya
idealis sekali, aku suka....
hal itu terjadi bahkan semenjak pertama kali masuk kampus ini
beliau bilang "jadi mahasiswa jangan sampe melecehkan diri sendiri"
i admire him.
jadilah sebelum masuk ke ruangannya
seakan seluruh pikiranku direfresh lagi
yang akan kuhadapi adalah sesosok yang kukagumi pemikirannya
so whatever will happend down there
adalah interaksi antara aku dan seseorang yang kukagumi kusayangi (he he he)
jadi....
the point is sesuatu yang dilakukan dengan cinta maka akan di tanggapi dengan cinta pula, ceileeeee romantis dah

tapi yang bikin aku semangat juga,
sebelum berangkat, on the radio
penyiarnya mewanti-wanti
dibalik satu kesulitan akan
ada dua kemudahan
(thanks to radio rama)

n benar lah yang terjadi so amazing
Alhamdulillah...
aku jadi bisa lebih banyak berbicara dengan pak pri
dan all end well

aku yang terlalu aku  

Celoteh Herlina

semalam aku nginap di bebeng, sendirian, kedinginan, ketakutan,....

semua bermula dari sekedar lontaran candaan
entah mengapa aku begitu emosional
begitu cepat marah
begitu serius menanggapi candaan kawan-kawanku

bahkan sampai detik kini
ada bagian dari hatiku yang masih saja sombong
masih saja beranggapan bahwa marahku itu benar

Ya Allah, sebab apa aku teramat sombong

dengan tergesa, kupacking semua barang yang perlu
walaupun banyak juga yang tak terbawa
tenda, sb, senter, mukena, setoples kue, slayer, belati, hp, yaasin, diari n pulpen, bedak, sikat dan pasta gigi, parfum spray (bukan buat wewangian, tapi untuk nyemprotin mata orang yang berniat jahat)
semuanya rumpek dalam ranselnya danan yang hingga hari ini belum kukembalikan

dengan begitu emosinya aku melangkah tergesa keluar dari kos
sebulir dua bulir tetesan hangat tumpah dari mataku
padahal aku sudah membiasakan diri untuk tak menangis di tempat umum
tapi sungguh tak tertahankan

suasana sore begitu dingin,
tak seperti biasanya, bebeng begitu sunyi
hanya ada sekumpulan anak muda yang sedang ramai ngobrol
aku terpaku, duduk menyeblahi salah satu tiang pendapa
sambil terus terngiang semua kejadian tadi
kadang masih ingin menangis
tapi aku harus bisa memberi pengertian pada aku yang terlalu aku
bahwa sekali lagi, setelah berulang kali selalu kuingatkan
aku nggak bisa mengharapkan orang lain bersikap sama
seperti sikapku pada mereka
lain orang lain kepala

fajar sunyi itu, perlahan berganti dengan malam yang semakin sunyi
sebelumnya sempat aku ngobrol dengan petugas panjaga kawasan wisata tersebut
bahkan dia menawarkanku untuk tidur di perkampungan
tak tega dia melihat aku yang perempuan, sendirian di tempat sunyi itu

selepas maghrib, ada juga seorang oetugas lain
yang juga menawarkanku untuk nginap saja di rumah salah satu dari para penjual makanan yang ada di jalanan masuk ke bebeng
aku hanya manggut2

aku tetap bersikeras tidur di luar
apapun yang terjadi aku harus belajar
belajar banyak hal
terutama tentang betapa berartinya teman
di kesunyian yang begitu pekat, mungkin aku dapat merenungkan
bahwa teman-teman yang aku miliki, dengan beragam perilaku yang mereka tunjukkan adalah harta-harta terindah, yang dengan berebagai keunikannya turut menempa kita menjadi pribadi yang matang dan kuat untuk menjalani kehidupan
kehidupan sebenarnya, yang lebih nyata dan keras.

seperti kata seorang teman, lebih baik kedatangan seribu musuh daripada kehilangan seorang teman.

walau mungkin suara ini tak tersampaikan
aku sangat ingin minta maaf sama teman-temanku
yang mungkin sakit, ataupun bingung dengan lakuku
maafkan aku....

akhirnya aku balik ke jogja,
mungkin aku perlu sering sendirian
dan merenungi
betapa banyak salah
dan hati yang kusakiti

Pangarip - arip (still miss you)  

Celoteh Herlina

Aku masih mengingat
Indah pagi di tepian Pangarip – arip
Ngerinya jurang tak tampak di sana
Diantara dingin udara
Ada semilir hangat menelusup
Relung hati

Ribuan lampu tawangmangu menyala
Kota di kejauhan
Serasa peradaban begitu berjarak

Lembah jejurangan
Menampang lapang
Hijau, penuh sesak tetumbuhan

Aku dan kamu
Kita begitu kecilnya, kawan

Langkahku, langkahmu
Langkah kita, kawan
Seiring pergeseran waktu
Berpacu menuju puncak

Mentari samar muncul
Memberi bayangan Lawu
Diantara awan
Yang berupa kabut penuh,
Pun yang bergerombol unik

Aku bahagia,
Semua cintaku
Dalam waktu yang bersamaan
Memenuhi relung hatiku
Hingga terengah-engah aku menunjukkan
Bahagiaku

Andai aku sekuat penduduk yang berpapasan dengan kita,
Setiap pagi mereka berjalan
Turun naik
Mencari tumbuhan
Tuk lanjutkan kehidupan
Ketika kita masih setengah terlelap
Langkah kaki mereka
Telah berderap penuh yakin
Bahkan si upik pun
Terjaga di gendongan ayahnya

Dingin sudah tak lagi menelusup
Kita tak lagi melangkah
Tapi pagi di pangarip – arip
Masih selalu segar

Akan selalu segar.