aku yang terlalu aku  

Celoteh Herlina

semalam aku nginap di bebeng, sendirian, kedinginan, ketakutan,....

semua bermula dari sekedar lontaran candaan
entah mengapa aku begitu emosional
begitu cepat marah
begitu serius menanggapi candaan kawan-kawanku

bahkan sampai detik kini
ada bagian dari hatiku yang masih saja sombong
masih saja beranggapan bahwa marahku itu benar

Ya Allah, sebab apa aku teramat sombong

dengan tergesa, kupacking semua barang yang perlu
walaupun banyak juga yang tak terbawa
tenda, sb, senter, mukena, setoples kue, slayer, belati, hp, yaasin, diari n pulpen, bedak, sikat dan pasta gigi, parfum spray (bukan buat wewangian, tapi untuk nyemprotin mata orang yang berniat jahat)
semuanya rumpek dalam ranselnya danan yang hingga hari ini belum kukembalikan

dengan begitu emosinya aku melangkah tergesa keluar dari kos
sebulir dua bulir tetesan hangat tumpah dari mataku
padahal aku sudah membiasakan diri untuk tak menangis di tempat umum
tapi sungguh tak tertahankan

suasana sore begitu dingin,
tak seperti biasanya, bebeng begitu sunyi
hanya ada sekumpulan anak muda yang sedang ramai ngobrol
aku terpaku, duduk menyeblahi salah satu tiang pendapa
sambil terus terngiang semua kejadian tadi
kadang masih ingin menangis
tapi aku harus bisa memberi pengertian pada aku yang terlalu aku
bahwa sekali lagi, setelah berulang kali selalu kuingatkan
aku nggak bisa mengharapkan orang lain bersikap sama
seperti sikapku pada mereka
lain orang lain kepala

fajar sunyi itu, perlahan berganti dengan malam yang semakin sunyi
sebelumnya sempat aku ngobrol dengan petugas panjaga kawasan wisata tersebut
bahkan dia menawarkanku untuk tidur di perkampungan
tak tega dia melihat aku yang perempuan, sendirian di tempat sunyi itu

selepas maghrib, ada juga seorang oetugas lain
yang juga menawarkanku untuk nginap saja di rumah salah satu dari para penjual makanan yang ada di jalanan masuk ke bebeng
aku hanya manggut2

aku tetap bersikeras tidur di luar
apapun yang terjadi aku harus belajar
belajar banyak hal
terutama tentang betapa berartinya teman
di kesunyian yang begitu pekat, mungkin aku dapat merenungkan
bahwa teman-teman yang aku miliki, dengan beragam perilaku yang mereka tunjukkan adalah harta-harta terindah, yang dengan berebagai keunikannya turut menempa kita menjadi pribadi yang matang dan kuat untuk menjalani kehidupan
kehidupan sebenarnya, yang lebih nyata dan keras.

seperti kata seorang teman, lebih baik kedatangan seribu musuh daripada kehilangan seorang teman.

walau mungkin suara ini tak tersampaikan
aku sangat ingin minta maaf sama teman-temanku
yang mungkin sakit, ataupun bingung dengan lakuku
maafkan aku....

akhirnya aku balik ke jogja,
mungkin aku perlu sering sendirian
dan merenungi
betapa banyak salah
dan hati yang kusakiti

This entry was posted on 11:25 PM . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Subscribe to: Post Comments (Atom) .

1 comments

satu orang musuh terlalu banyak, seribu orang teman terlalu sedikit...

Apa kabar hati?