Aku masih mengingat
Indah pagi di tepian Pangarip – arip
Ngerinya jurang tak tampak di sana
Diantara dingin udara
Ada semilir hangat menelusup
Relung hati
Ribuan lampu tawangmangu menyala
Kota di kejauhan
Serasa peradaban begitu berjarak
Lembah jejurangan
Menampang lapang
Hijau, penuh sesak tetumbuhan
Aku dan kamu
Kita begitu kecilnya, kawan
Langkahku, langkahmu
Langkah kita, kawan
Seiring pergeseran waktu
Berpacu menuju puncak
Mentari samar muncul
Memberi bayangan Lawu
Diantara awan
Yang berupa kabut penuh,
Pun yang bergerombol unik
Aku bahagia,
Semua cintaku
Dalam waktu yang bersamaan
Memenuhi relung hatiku
Hingga terengah-engah aku menunjukkan
Bahagiaku
Andai aku sekuat penduduk yang berpapasan dengan kita,
Setiap pagi mereka berjalan
Turun naik
Mencari tumbuhan
Tuk lanjutkan kehidupan
Ketika kita masih setengah terlelap
Langkah kaki mereka
Telah berderap penuh yakin
Bahkan si upik pun
Terjaga di gendongan ayahnya
Dingin sudah tak lagi menelusup
Kita tak lagi melangkah
Tapi pagi di pangarip – arip
Masih selalu segar
Akan selalu segar.
This entry was posted
on 3:53 PM
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.
Archives
- June 2008 (3)
- May 2008 (1)
- April 2008 (2)
- February 2008 (2)
- December 2007 (1)
- November 2007 (1)
- October 2007 (2)
- August 2007 (2)
- July 2007 (2)
- June 2007 (5)
- May 2007 (1)
- April 2007 (1)
- March 2007 (1)
- February 2007 (1)
- August 2006 (1)
- April 2006 (1)
- February 2006 (3)
- January 2006 (2)
- December 2005 (4)
- October 2005 (2)
- September 2005 (1)
- July 2005 (1)
- June 2005 (1)
- April 2005 (2)
- January 2005 (2)
- December 2004 (2)
- November 2004 (1)
0 comments