Februari yang basah,
Musim menggeliat, tak karuan menghantam
Padi mati muda,
Memendekkan jalur luka, mempercepat derita
Halaman istana becek,
Dan turis-turis batal bertandang.
Negara merugi, burung besi tak bisa terbang
Ibu kota, ibu desa, ibu negara
Semua berenang, kebanjiran.
Air keruh, coba basuh wajah bangsa ini
meluahkan apa-apa yang sembunyi
menunjukkan saluran yang mampet
naikkan Jakarta ke atas bahtera Nuh
jangan lupakan ngawi, ponorogo, mojokerto…
lalu berlayar lintasi februari
februari yang basah dan resah
februari yang basah oleh cinta
yang basah oleh hujan
juga basah oleh darah, benci dan dendam
di timur sana
kursi-kursi menjadi tuhan
seorang presiden ditembak, hakim dibom
kaca-kaca bertaburan, menusuk luka juga benci
lalu tumbuh subur
lebih subur dari kedelai yang kian melambung
februari yang penuh coklat dan permen,
manisku…, lupakan cinta
aku mau sekotak tempe berbentuk hati
jangan lupa
kuburkan mereka di makam pahlawan
agar kita ingat, dulu di negeri ini
banyak petani.
My awckward february
I love you.
This entry was posted
on 10:52 PM
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.
Archives
- June 2008 (3)
- May 2008 (1)
- April 2008 (2)
- February 2008 (2)
- December 2007 (1)
- November 2007 (1)
- October 2007 (2)
- August 2007 (2)
- July 2007 (2)
- June 2007 (5)
- May 2007 (1)
- April 2007 (1)
- March 2007 (1)
- February 2007 (1)
- August 2006 (1)
- April 2006 (1)
- February 2006 (3)
- January 2006 (2)
- December 2005 (4)
- October 2005 (2)
- September 2005 (1)
- July 2005 (1)
- June 2005 (1)
- April 2005 (2)
- January 2005 (2)
- December 2004 (2)
- November 2004 (1)
0 comments